Orang-orang tua dulu suka bilang, "pinter-pinter milih teman", karena memang kepada siapa kita
berteman rupanya dapat memberikan dampak bagi eksistensi kita secara sosial.
Seorang pecinta klub sepakbola Chelsea cenderung berteman dengan sesama fans
klub sepakbola itu, ketimbang dengan penggemar fanatik klub Manchester United,
misalnya. Bahkan penelitian psikologi sosial menunjukkan bahwa seseorang
cenderung menganggap bahwa teman sepergaulannya memiliki kesukaan/ketidaksukaan
yang sama dengannya, tanpa pernah mengecek langsung preferensi teman
sepergaulannya tersebut. Rasa suka/tidak mempengaruhi perilaku manusia, dan
jelas pengaruh perilaku sosial ini bukanlah sesuatu yang sepenuhnya
"rasional". Ketidak-rasional-an ini yang membuat manusia menjadi
manusia, dan dinamika sosial menjadi jauh lebih menarik dari model-model dan
abstraksi sosiologis modern!
Studi psikologi sosial mengenal triad (hubungan tiga obyek)
dalam kajian sentimen sosial. Dua orang yang bersama-sama bersentimen
positif atau negatif pada sesuatu cenderung saling bersentimen positif. Sesama pencinta (atau pembenci) es
krim, akan cenderung berteman dan saling ber-sentimen positif, jika tidak ber-“sindikasi”
untuk menikmati (atau menjauhi) makan es krim.
Seorang politisi, Nurhayati Ali Assegaf harus siap untuk
di-bully oleh banyak orang ketika melontarkan pandangan kritisnya pada tokoh
sangat populer politik, Joko Widodo. Pendukung Joko Widodo, meski tak harus saling kenal, seolah ber-“sindikasi”
mem-bully Nurhayati.
![]() |
Peta Sentimen Selebritas Politik Indonesia pada tanggal 25 Oktober 2013 yang menunjukkan gencarnya sentimen negatif pada Nurhayati Ali Assegaf terkait statement kritisnya pada Jokowi. |
Seorang ibu, Emma Fauziah, yang berusaha "membela"
anaknya, Vicky Prasetyo, karena menjadi play-boy pembohong pada sekelompok penyanyi dangdut,
membuatnya tak disukai oleh penyanyi-penyanyi dangdut itu. Bahkan, sesama
penyanyi dangdut yang sebenarnya saling berkompetisi dan bersaing keras bisa
cenderung menjadi "bersahabat" terkait kasus yang ramai di dunia
selebritas Indonesia itu.
Semua
pemberitaan media massa selalu terkait kejadian yang perlu diketahui publik.
Sesuatu kejadian atau fakta menjadi berita ketika ada aktor-aktor atau tokoh
yang kemudian memberitakan atau ber-opini (baik positif atau negatif) terhadap
ikhwal tersebut. Pemberitaan menghangat jika dan hanya jika semakin banyak orang
(tokoh) yang menunjukkan opini dan sentimennya terhadap apa yang diberitakan
tersebut. Sentimen seorang tokoh selebritas menjadi hal yang mengubah
pemberitaan menjadi tidak sekadar berperan sebagai “pengumuman” tentang kejadian
pada khalayak.
Ini menjadi
dasar dari apa yang disebut sebagai “PETA SENTIMEN SELEBRITAS” Indonesia yang
digagas sebagai bentuk pemetaan semantik dari pemberitaan media massa on-line di Indonesia. Peta Sentimen merupakan
perangkat komputasional yang memungkinkan membaca emosi dan sentimen tokoh-tokoh
di panggung media massa Indonesia menjadi gambaran sosiologis selebritas. Ini
dilakukan dengan mengandalkan pengelolaan data-data teks berita secara
komputasional.
Apa yang
bisa “terbaca” dari PETA SENTIMEN SELEBRITAS ini? Ekspresi emosi menjadi
terlihat secara sosial. Membaca satu berita tentang satu kasus dengan opini
satu-dua orang di media massa memberikan insight
atas kasus tersebut. Tetapi membaca peta sentimen selebritas itu ibarat
membaca semua pemberitaan media massa sekaligus dan mendapatkan insight tentang bagaimana tokoh-tokoh
publik tersebut berperilaku sebagai system lingkungan sosial, bernama panggung
selebritas Indonesia.
Kita
mendapatkan gambaran kelompok-kelompok opini tokoh-tokoh masyarakat yang
terkait terkait perceraian pedangdut Ayu Tingting. Bagaimana pengacara Hotman Paris
Hutapea ber-statement terkait hal
ini, dan siapa-siapa tokoh-tokoh dengan sentimen negatif (terepresentasi dengan
garis merah), sentimen positif (garis biru) atau sekadar ber-opini tanpa
sentimen (garis hitam) terkait fenomena dunia selebritas tersebut. Keutuhan
berita seolah tersajikan selengkapnya di dunia politik selebritas nasional melalui
PETA SENTIMEN SELEBRITAS ini. Siapa yang (bisa) ber-sindikasi dengan siapa satu
sama lain berdasarkan kekuatan opininya atas satu (atau lebih) hal. Dalam Peta
Sentimen Selebritas ini, semkain tebal garis merah, biru, atau hitamnya, maka
semakin kuat sentimen positif atas keduanya, oleh karena semakin seringnya
memiliki opini yang sama akan suatu hal secara bersamaan.
Peta Sentimen Selebritas terkait kasus yang menimpa pedangdut Zaskia Gothik |
Tapi Peta
Sentimen Selebritas bukan hanya menunjukkan hal itu saja. Kita bisa mendapatkan
gambaran “prediktif” sentimen emosional seorang tokoh dengan tokoh lain.
Pedangdut Zaskia Gothik misalnya, yang diberitakan membatalkan pernikahannya
dengan Vicky Prasetyo, yang sempat bertunangan dengan acara glamor dan
menghebohkan, di Peta Sentimen tidak memiliki relasi positif atau negatif dengan
Ema Fauziah, ibunda Vicky yang begitu getol membela putranya. Tapi dengan
memperhatikan triad-sentimen, kita tahu bahwa seyogianya ada relasi negatif yang
kuat antara Zaskia dan ibunda Vicky tersebut. Sopan-santun yang bijak
ditunjukkan oleh relasi sosial yang tergambar antara perilaku Zaskia dan Ema
Fauziah sebagaimana terekam di media massa.
Peta Sentimen Selebritis yang menunjukkan saling dukung antar anggota kelompok musik Cherrybelle |
Tapi tentu
saja, Peta Sentimen tidak hanya berbicara soal sentimen negatif dan potensi
konflik antar aktor sosial. Peta Sentimen juga berbicara tentang bagaimana
aktor-aktor selebritas ini saling mendukung satu sama lain terkait opini mereka
yang direkam media massa. Dari berbagai pemberitaan tentang kelompok musik girl-band Cherrybelle, misalnya, kita
dapat melihat bagaimana sentimen positif mewarnai relasi di kalangan mereka,
saat mereka ber-opini tentang banyak hal, mulai dari ikhwal kehidupan pribadi
sebagai figur publik hingga aktivitas-aktivitas agenda musik kelompok musik
mereka.
Peta Sentimen Selebritas terkait fenomena kecelakaan Dul, putra musisi Ahmad Dhani |
Hal lain
yang tercermin dari sebuah penggambaran PETA SENTIMEN SELEBRITAS adalah bahwa “kelompok-kelompok”
aktor-aktor sosial tersebut akan menggambarkan sub-topik apa saja yang muncul
dalam satu kasus atau fenomena sosial. Peristiwa kecelakaan yang dialami oleh
Dul, putra musisi Ahmad Dhani, dalam Peta Sentimen menunjukkan ada setidaknya
tiga sub-topik yang publik dapat baca terkait kasus ini. Yang pertama adalah
tentang kecelakaan itu sendiri. Kedua adalah tentang anak di bawah umur yang
menyetir, ditandai dengan angkat bicaranya tokoh-tokoh selebritas yang aktif
dalam advokasi anak-anak. Serta ketiga, terkait jaminan asuransi dan dunia
keuangan, yang ditandai dengan rekam jejak pendapat orang-orang terkait dunia
keuangan Indonesia.
"Pulau-pulau" jaring-jaring Peta Sentimen Selebritas menunjukkan cluster-cluster kasus di dunia selebritas Indonesia |
Ketika seorang tokoh ber-opini sebagaimana terekam oleh media massa, maka “sindikasi” sentimennya dengan selebritas lain langsung terlihat. Peta Sentimen Selebritas menggambarkan jejaring ekspresi emosional para selebritas. Dalam gambaran umum terdapat kelompok-kelompok (cluster) atau “pulau-pulau” relasi. Pulau-pulau relasi ini secara umum menggambarkan apa-apa saja topik yang mewarnai dunia selebritas secara umum pada suatu masa. Semakin banyak “pulau-pulau” sindikasi opini, maka semakin ramai dan berwarna dunia pemberitaan selebritas. Tapi dengan intensitas topik yang sama tapi “pulau-pulau” sindikasi opini yang makin sedikit, ketika kebanyakan selebritas saling kait-mengkait satu sama lain secara sentimen, maka secara sederhana dunia selebritas kita tampak sedang “memanas” dan ramai…