Musik adalah bahasa ekspresi emosi. Manusia mengutarakan pikiran dengan
kata-kata, namun meng-ekspresi-kan rasa dengan nada-nada yang (terkadang tak
mesti) menyuarakan kata-kata tersebut. Nada adalah kata, untai melodi adalah
kalimat. Untai-untai melodi tersebut memiliki tema “rasa” tertentu yang
kemudian meng-ekspresi-kan apa rasa yang ingin tersampaikan melalui
kalimat-kalimat melodis itu. Tema tersebut merupakan harmoni nada-nada yang musik
modern Barat bisa menyebutnya sebagai chord,
kunci. Lagu adalah uraian naratif ekspresi emosional. Di dalam lagu, berbagai chord digunakan sebagai alinea-alinea
yang menceritakan dinamika yang ingin dikisahkan. Alur dan plot ini, oleh
tradisi musik Barat, dikenal sebagai chord
progression, jalur kunci lagu. Ekspresi rasa emosional yang ingin
diekspresikan tertuang sebagai melodi nada-nada. Lagu adalah cermin
kompleksitas ekspresi emosional penggubah yang mendapat resonansi dari
pendengarnya.
Ada 12 nada kromatik yang bertingkat-tingkat dalam dunia musik barat,
dan 7 di antaranya membentuk oktaf, sebagai tangga nada yang nada dasarnya bisa
dimulai dari nada manapun, sepanjang mengikuti titi laras (jarak
(semi)-tonalitas antar nada) tertentu. Urut tujuh nada tersebut kerap ditulis
dalam angka romawi,
Angka romawi besar (major),
yaitu nada dasar (I), sub-dominan (IV), dominan (V), merupakan tiga nada
penting yang menyusun oktaf nada-nada di mana melodi dan harmoni tersusun,
diikuti tiga nada yang lebih minor (ii,
iii, dan vi) dan satu nada yang tergolong diminished
(vii). Nada dasar adalah “rumah”, awal dan akhir, dari “konflik” (tension) yang ingin diketengahkan oleh narasi
emosional lagu melalui “perjalanan” ke arah “puncak” nada-nada yang mendominasi
tangga nada. Secara umum, lagu-lagu selalu berada dalam penggubahan formula
komposisi:
[dasar] à
…[minor]… à
…[subdominan]… à
[dominan] à
[dasar]
Untai nada ekspresi emosional yang “diceritakan” oleh lagu merupakan
proses dari [dasar] hingga kembali ke [dasar] lagi. Tiga titik yang menandai
tahapan lajur chord minor dan
sub-dominan menunjukkan bahwa kedua “tahapan” chord tersebut dapat bervariasi, bergantung pada ekspresi emosional
apa yang ingin disampaikan melalui untai nada yang berharmoni dengan chord tersebut. Pembelajar musik pemula,
seringkali dikenalkan dengan 3 kunci (chord)
di mana ia dapat memainkan ratusan lagu hanya dengan 3 kunci tersebut, yaitu
kunci “C”, kunci “F”, dan kunci “G”. Dalam tangga nada C-major, ketiga kunci tersebut menunjukkan representasi nada pertama
(dasar), keempat (sub-dominan), dan kelima (dominan). Harmoni nada-nada dominan
(dan sub-dominan) merupakan representasi “konflik” yang dalam lagu mesti segera
di-antisipasi dengan tonalitas nada dasar.
Musisi jazz misalnya, akrab dengan sebutan komposisi improvisasi “…-2-5-1”,
yang sebenarnya, secara kasar dapat dikatakan menunjukkan pola ii à V à I, bisa berbentuk
urut-urutan melodi dalm chord 2minor à Vdominant à
I root/dasar. Sebagai contoh,
komposisi naratif dalam tangga nada C-major,
misalnya, disenandungkan dalam harmoni nada-nada dalam chord Dminor à
G7 à Cmaj7 karena “D”
adalah nada kedua, “G” adalah nada kelima, dan “C” adalah nada pertama(dasar)
dalam tangga nada C-major. Musisi
bermain dalam berbagai variasi lajur chord
yang justru menjadi semesta kreativitas musisi.
Pemilihan chord yang menandai
alinea-alinea pernyataan-pernyataan dalam kalimat-kalimat melodis lagu tak
pelak seringkali dikaitkan dengan ekspresi emosi yang ingin diekspresikan
seiring berjalannya kisah naratif lagu. Hal inilah yang dilakukan oleh beberapa
peneliti di Jerman yang mengemukakan teori ekuilibrasi musik (“StrebetendenzTheorie”). Teori ini
berusaha mengaitkan efek psikologis (emosional) dari musik. Deret-deret musikal
dikaji dalam komponen esensialnya, yaitu harmoni. Harmoni musikal menjadi
landasan argumentasi penelitiannya. Harmoni, dalam hal ini, sekuen-sekuen nada
yang dibunyikan serempak, misalnya sebagai chord,
menjadi basis observasi bagaimana musik terkait dengan rasa hati pendengarnya.
Ribuan partisipan menjadi responden demi menguji teori ekuilibrasi berdasarkan
harmoni nada-nada. Hasilnya adalah asosiasi relatif ekspresi emosi dengan harmoni
nada-nada tertentu ketika dibunyikan dan diperdengarkan dalam sekuen-sekuen
musikal, entah berupa lagu ataupun sekadar improvisasi melodis.
Penelitian ekspresi emosi sendiri terkait dengan rasa hati yang positif
(senang, suka) dan negatif (sedih, tidak suka), serta valensi kuat tidaknya
daya eksitasi emosional tersebut, mulai dari yang bervalensi rendah (kaku, rasa
kantuk) hingga yang bervalensi tinggi (rasa terkejut, kaget). Pemetaan ekspresi
emosi dapat dilakukan sebagai penempatan asosiasi emosi dalam kuadran-kuadran
serupa diagram Cartesian, di mana sumbu horizontal sebagai nilai
(positif/negatif) emosi dan sumbu vertikal sebagai valensi (tinggi/rendah) dari
yang dirasakan. Penelitian terkait teori ekuilibrasi musik ini yang kemudian
kita coba tampilkan secara kualitatif dalam pemetaan ekspresi emosi. Bahwa
penggunaan kunci mayor dan minor secara relatif berada dalam ekspresi emosional
yang bertolak belakang. Kunci-kunci mayor cenderung bernuansa rasa senang, rasa
suka, sementara sekuen nada-nada yang terepresentasi dalam kunci minor
cenderung bernuansa rasa sedih, rasa kurang nyaman. Kunci (dan skala) mayor dan
minor merupakan salah dua dari kunci terpenting dalam musikalitas barat. Variasi-variasi
dari kedua kunci ini kemudian “menjelajahi” dinamika ekspresi emosi dalam
seberapa tinggi atau rendah eksitasi emosional yang dapat di-eksploitasi secara
musikal.
Kuadran di sebelah kiri menggambarkan elemen-elemen harmonis nada-nada
yang meng-ekspresikan emosi-emosi yang cenderung menggambarkan kesedihan,
kepiluan, perpisahan, hingga kemarahan. Tempo kunci minor yang dimainkan
menggambarkan eksitasi emosi yang ditimbulkan. Nada-nada harmoni minor yang
dimainkan lambat cenderung menggambarkan kesedihan, seperti kepiluan yang
ditunjukkan dalam lagu wajib nasional “Gugur Bunga” gubahan Ismail Marzuki,
misalnya. Namun menjadi sangat ber-energi ketika dimainkan dengan tempo cepat,
seperti misalnya gerakan ketiga Simfoni No. 5 Ludwig van Beethoven yang berharmoni
dominan minor namun terasa sangat “bertenaga”. Sebaliknya, kuadran di sebelah kanan merupakan tempat harmoni nada-nada yang ber-asosiasi rasa senang dan rasa suka.
Keriangan terasa dengan kunci augmented.
Lagu The Beatles, Oh Darling (1969),
misalnya, di awal intronya diperdengarkan augmented
chord yang menggambarkan “energi cinta” yang tak perlu dikomentari lebih
jauh misalnya, di awal intronya diperdengarkan augmented chord yang menggambarkan “energi cinta” yang tak perlu dikomentari lebih jauh karena sudah sangat jelas dengan mencermati lirik lagu tersebut. Atau keramaian dan eksitasi energi
emosional lagu Oasis yang berjudul Let there be love (2005) yang lajur chord-nya
sangat berpola unik tangga nada augmented.
Berlawanan dengan itu, titik energi terendah dalam ekspresi emosional musik,
secaa kualitatif terasa dalam penggunaan nada-nada dalam tangga nada skala
penuh (whole tone scale). Tangga nada
ini unik, karena semua nadanya berjarak sama yaitu 2 laras (semitone). Nuansa emosional fantasi, mimpi,
terasa dalam lagu Stevie Wonder yang berjudul You Are the Sunshine of My Life (1973) dengan memainkan monoton naik
tangga nada skala penuh dalam iringan pianonya. Judul lagu tersebut, sedikit
banyak menggambarkan ekspresi emosi yang memang ingin ditampilkan oleh
penggubah lagu tersebut.
Eksitasi emosi yang bervalensi rendah dengan nuansa sedih seringkali
ditunjukkan dengan penggunaan harmoni kunci neapolitan dengan tambahan nada
keenam [neapolitan]6th. Ludwig van Beethoven
menggunakan harmoni chord ini dalam
awalan dan bagian rekapitulasi gerakan pertama soneta terkenalnya, (Adagio Sostenuto) Moonlight Sonata (1802). Mendengarkan alunan melodi harmoni lagu ini
membawa kita pada kesan sedih yang sangat mendalam, bahkan sering lagu ini
dikaitkan dengan nuansa kematian atau pemakaman.
Ke-“netral”-an ekspresi emosi barangkali ditunjukkan paling kuat dengan
harmoni nada-nada dalam kunci ketujuh (7th
chord). Musisi akrab dengan triad (tiga nada) yang secara sempurna dan
penuh merepresentasikan harmoni. Penambahan satu nada lagi, yaitu nada ke-7
dalam tangga nada, sebenarnya memberi kesan “disonansi”, rasa “menggantung”,
yang berdampak memberi kesan bergerak, nada-nada
dengan “citarasa” dinamis yang bukan sedih tapi tak pula mesti rasa gembira. Chord dengan nada ke-7 merupakan kunci
yang secara khusus akrab bagi musisi jazz, yang memang kental dengan nuansa “gerak”
nada (baik dengan chord minor (sedih)
maupun rasa suka dalam chord mayor)
dalam improvisasi-improvisasinya.
Yang memiliki latar belakang atau hobi akan bermain instrumen musik, mungkin
dapat cepat akrab dengan beberapa tanda dan simbol dari harmoni nada atau chord yang tergambarkan dalam pemetaan ekspresi
emosi tersebut. Eksplorasi pemetaan harmoni nada dalam ekspresi asosiasi perasaan
hati mungkin menjadi lebih mudah untuk coba dipahami. Namun bagi yang tak
memiliki latar belakang musik, video di bawah ini mungkin dapat membantu. Video
di bawah merupakan undangan untuk mendengar harmoni nada, meng-internalisasinya
dalam diri, untuk kemudian mencoba “meraba” ekspresi rasa emosi yang telah
dipetakan.
Asosiasi ekspresi emosi dengan harmoni nada yang menjadi cakrawala
musik kini memberi tantangan dalam apresiasi musik kita. Adalah menarik
mendengar lagu, menginternalisasi emosi yang diperdengarkan oleh lagu, dan
mencoba menajamkan sensitivitas pendengaran pada detail-detail harmoni nada
yang dimainkan. Peta ekspresi emosi harmoni musik sedikit banyak memberi
bantuan untuk itu…
Kerja-kerja terkait:
Pallesen KJ, Brattico E, Bailey C, Korvenoja A, Koivisto J, Gjedde A, Carlson S. (2005). "Emotion processing of major, minor, and dissonant chords: a functional magnetic resonance imaging study". Annals of the New York Academy of Sciences 1060. Wiley.
Situngkir, H. (2011). "Representasi Emosi dalam Lirik Lagu Pop Indonesia". BFI Working Paper Series WP-7-2011. Bandung Fe Institute. URL: http://www.bandungfe.net/?go=xpj&&crp=4e210e07
Willimek, D. & Willimek, B. (2011). Music and Emotions: Research on the Theory of Musical Equilibration (die Strebetendenz-Theorie). Terjemahan Inggris oleh Russell, L. URL: http://www.willimekmusic.de/music-and-emotions.pdf