Wednesday, February 9, 2011

Ekspresi Kekerasan Terencana 6 Februari 2011


Tubuh kita tidak di-desain untuk berbohong dan menyembunyikan niat yang ada di pikiran. Seseorang pada dasarnya tidak dapat menyembunyikan amarah, kekesalan, ataupun emosi-emosi positif seperti kegembiraan, dan sebagainya. Adakah tanda-tanda yang dapat dibaca dari seseorang yang memiliki rencana sebelumnya? Berbagai pendekatan terkait ilmu-ilmu perilaku telah banyak membantu intelijen dan kepolisian di banyak negara maju terkait hal ini. Beberapa hal terkait ini akan kita coba gunakan dalam analisis terhadap video yang beredar luas penyerangan brutal massa pada insiden di Cikeusik 6 Februari 2011 yang lalu.

Tuesday, February 8, 2011

Dusta-dusta kecil di layar kaca


Artis, politisi, dan berbagai selebritis lainnya mungkin adalah profesi yang paling banyak bersentuhan dengan publik yang menyaksikannya. Seringkali berbohong, dalam pengertian menyembunyikan ekspresi emosi tertentu merupakan keharusan yang tak dapat dielakkan oleh mereka. Secara umum, kita mengetahui bahwa ketidaksesuaian antara apa yang dirasakan dalam hati dan apa yang diomongkan merupakan bentuk kebohongan yang paling sering terjadi. Bagi kita yang sering menonton infotainment atau wawancara (talkshow) politik, mungkin akan sering melihat bahwa subyek-subyek publik tersebut sangat sering berbohong dan malangnya, cara mereka memalsukan emosi yang mereka rasakan sering gagal untuk di-ekspresikan. Bagi anda yang ingin tahu sejauh mana para selebriti dan politisi tersebut menyembunyikan ekspresi emosional yang mereka rasakan, berikut beberapa ekspresi emosi yang seringkali gagal untuk dipalsukan. Jika anda cukup jeli, sebenarnya hal ini sangat mudah untuk dideteksi.

Monday, February 7, 2011

Mengapa orang Berbohong?



Sebenarnya berbohong itu memakan energi pemrosesan otak! Berbagai penelitian terkait psikologi sosial menunjukkan bahwa sangat jarang kebohongan terjadi secara spontan. Selalu ada ke-terencana-an ketika seseorang mulai berbohong. Lebih jauh, sebenarnya hampir tak mungkin melatih seseorang untuk berbohong. Yang bisa dilakukan pada dasarnya adalah melatih seseorang agar pandai menghindar. Jika tak menjawab pertanyaan, seseorang tak merasa perlu berbohong, dan ini sangat mempermudah langgengnya sebuah kebohongan akan sebuah fakta.

Sunday, February 6, 2011

Memilih isteri idaman hati!

Tentu tak ada yang mau jadi Jaja Mihardja yang bernyanyi sendu, "...kujual baju celana, itu semua demi nyai, aku rela jadi kuli demi nyai...", sementara kekasih hati jauh tak peduli pada anda. Seorang lelaki tak suka dengan perempuan yang terlalu matre sementara seorang wanita tentu tak mau bersanding dengan seorang lelaki yang selalu membuatnya tertekan dan tegang menjalani hidup. Secara bio-kultural, kekasih adalah mereka yang kita rekrut dari sistem sosial untuk bisa bersama menjalani hidup bersama, menjadi saudara di mana berbagi adalah bahasa. Kekasih adalah mereka yang akan masuk menjadi anggota hidup pribadi kita. Lantas, bagaimanakah ilmu-ilmu psikologi evolusioner sosial dapat membantu kita menemukan kekasih hati kita?

Saturday, February 5, 2011

Kejujuran terpatri di wajahmu!

Otot-otot di wajah dan aktivasi ekspresi emosi-emosi dasar
Terdapat 43 otot di wajah kita. Jika berbagai emosi kita itu dipetakan ke dalam aktivasi otot yang ada di wajah ini, maka bisa dibayangkan betapa banyaknya kombinasi otot yang aktif ketika emosi tertentu menstimulasi sistem kognitif kita. Berbohong sangat sulit saat berhadapan dengan mereka yang memahami aktivasi otot-otot wajah ini.


Friday, February 4, 2011

“Bercakap-cakap” dengan Seekor Kucing


Kaki, tangan, bahu, leher, kepala, dan ekspresi wajah manusia sering memberi pesan yang berbeda dengan apa yang dikomunikasikan secara verbal. Ketika ia berbeda, maka kebohongan pun tercipta. Pesan tubuh tersebut merupakan pesan kondisi perasaan hati sebagai respon tubuh individual terhadap stimulus yang ada. Lantas, bagaimana dengan hewan-hewan yang tak punya kapasitas kognitif untuk menyampaikan pesan verbal?

Thursday, February 3, 2011

Tak Sudi dibohongi Detektor Kebohongan!



Seberapa akuratkah mesin pendeteksi kebohongan? Tekanan darah, deru dan volume nafas, merupakan dua hal yang diukur dalam tes kebohongan konvensional dengan mengganakan poli-graf. Interpretasi bohong dilihat dengan detak jantung dan deru nafas yang dinilai “tak wajar”. Konon, jika seseorang berbohong, nafas menjadi tak teratur, demikian pula denyut nadi darah. Namun kenyataannya desah nafas dan denyut nadi yang sekonyong-konyong lebih sering terjadi karena orang grogi, tak tenang. Sialnya, sering kali, baik orang jujur maupun bohong, mengalami perubahan sekonyong-konyong tersebut ketika harus menjalani tes kebohongan poligraf. PIranti yang digunakan untuk mengukur tekanan darah dan nafas seringkali sudah membikin obyek grogi duluan. Alat deteksi bohong terlalu sering salah ukur!

Wednesday, February 2, 2011

Rasionalitasmu bohong, emosimu jujur!


Ilmu sosial mengajarkan bahwa keputusan yang disandarkan pada rasionalitas itu sesederhana membuat fungsi utilitas. Fungsi utilitas memetakan keadaan-keadaan yang diperhatikan oleh seseorang dalam mengambil keputusan ke ganjaran yang diperolehnya. Manusia seyogianya selalu berupaya memaksimisasi ganjaran: ia memilih mana yang paling tinggi keuntungannya saat dihadapkan pada pilihan-pilihannya. Namun manusia tak hanya memilih yang “terbaik” baginya secara rasional. Emosi saat mengambil keputusan terkadang dominan, sehingga terkadang seseorang terlihat sangat tak rasional. Kita sering mendengar ocehan, “…cinta buta!”, karena perasaan cinta sering membuat fungsi utilitas tak diperhatikan sama sekali.